Sabtu, 01 Agustus 2015

FF - Bangtan Boys | Scramble Heart [Chapter 1]



Title : Scramble Heart [Chap 1 – The Day We Meet You]
Cast : BTS Member, Yoon Chaeryoung, Yoo Hyesun
Author : SHC
Genre : Romance
Lenght : Chaptered (16 Chap)
Rating : PG-13       
Note : Don't Be SiDers!


0o0o0o0o0


Author POV

Kim Family.

Begitu mereka menyebutnya. Orang-orang sangat iri dengan keluarga itu. Orangtua mereka sangat sukses. Ketujuh anaknya juga sepertinya akan menyusul kesuksesan mereka. Ditambah lagi tujuh anak tersebut memiliki wajah idola yang sangat disukai para gadis zaman sekarang.

Tidak hanya itu, mereka juga sekalipun tidak pernah bertengkar. Bahkan masalah sekecil apapun tak pernah mereka alami. Memang sepertinya benar-benar keluarga yang sangat diidamkan.

“Hyung, sepertinya Appa ingin bicara denganmu...” Taehyung menghampiri Seokjin dan memberikan ponselnya padanya.

“Terima kasih” Seokjin tersenyum seraya menerima ponselnya dari tangan Taehyung. Mata keenam adiknya mengikuti Seokjin yang berjalan mondar mandir sambil menempelkan ponsel di telinganya. Tapi tak lama, Seokjin mengakhiri panggilan tersebut.

“Sesingkat itu?” Taehyung menerima ponselnya kembali.

Seokjin memasukkan tangannya ke saku celananya “Masih belum selesai” Lalu dikeluarkannya tangannya dengan ponsel yang sudah ia genggam “Dia meminta untuk memakai panggilan video”

“Sepertinya ada hal penting yang ingin ia bicarakan” Yoongi merapikan baju yang ia kenakan. Ketujuh saudara itu merapatkan duduknya agar dapat dilihat di layar ponsel Appa mereka. Tak lama, wajah Appa mereka telah nampak di layar ponsel Seokjin.

“Hai, semuanya... apa kalian baik-baik saja?”

Jungkook menjawab pertanyaan itu dulu “Ya, kami baik-baik saja. Appa dimana sekarang?”
“ Aku harus menyelesaikan beberapa proyek di Ilsan. Eommamu juga memiliki beberapa kepentingan disini...”

“Jadi, apa yang ingin Appa bicarakan?....” Seokjin memotong sebelum Jungkook mengatakan sesuatu lagi.

“Ini tentang Seokjin dan Yoongi..... tapi setelah kupikir-pikir lagi, ini tentang kalian semua....”

“Ada apa denganku dan Seokjin Hyung?” Yoongi memberikan perhatian penuh pada Appanya.

“Kalian sudah berada pada usia matang... Appa ingin kalian mulai mencari calon pasangan kalian”
Seokjin tersenyum “Benarkah? Appa mengizinkan kami?”

“Bukan itu yang Appa katakan.... dengarkan dulu sampai selesai....” Appa mereka memasang tatapan yang lebih serius dari sebelumnya. “Appa akan mengirimkan seorang perempuan kesana...”

Yoongi mengerutkan dahi “Seorang? Bukankah Appa bilang ini tentang aku dan Seokjin hyung? Jadi bukannya Appa harusnya mengirimkan 2 orang?”

“Tidak.... dia bukan untuk kalian berdua” Appa mereka tersenyum “Kalian bisa bilang kalau ini adalah pertempuran bagi kalian bertujuh untuk mendapatkan hati perempuan itu....”

Semuanya menelan ludah, terkejut.

“Kami bertujuh? Tapi bukankah itu terlihat.... eum.... agak sedikit.... brutal?” Hoseok berdiri dari duduknya.

“Itu tidak akan terjadi, bukankah kalian memiliki ikatan persaudaraan yang sangat kuat? Itu artinya tidak akan terjadi perpecahan di antara kalian semua...”

“Tidak mungkin” Jimin merebut ponsel Seokjin dari tangan Seokjin “Sudah pasti pada akhirnya kami akan terpisah.... aku benar-benar yakin.... Lihat saja nanti.... aku tidak bercanda.... seorang wanita pasti akan mengubah segalanya....”

Seokjin kembali merebut ponselnya “Astaga Jiminnie, kenapa kau begitu?”

“Eum... Appa?”

“Iya Jungkook???”

“Kupikir daripada bertujuh, Lebih baik Appa menyebutnya berlima” Jungkook menghampiri Taehyung dan merangkulnya “Sepertinya aku dan Taehyungie hyung masih harus melanjutkan kuliah kami dulu....”

“Ah itu benar, baiklah kalau begitu...”

“Aku juga tidak ikut. Tahun ini adalah tahun terakhirku di universitas... Lebih baik aku konsentrasi dengan kuliahku dulu.....” Jimin juga ikut mengundurkan diri dari hal itu.

“Baiklah.... Aku mengerti itu. Namjoon, Hoseok, Yoongi dan Seokjin. Kalian tetap ikut kan?” Mereka berempat mengangguk “Kuharap Seokjin yang memenangkan ini. Mengingat dia adalah kakak tertua. Tapi jika yang lain yang mendapatkannya.... itu tidak akan masalah” Appa mereka tersenyum “Appa pergi dulu...” Belum sempat mereka mengucapkan apa-apa, Appa mereka telah mematikan sambungannya.

“Jadi maksudnya dia akan tinggal disini kan?” Hoseok beranjak dari tempatnya.

“Ya, sepertinya begitu. Itu pasti akan sangat canggung” Jungkook juga beranjak menghampiri Hoseok.

“Kita masih tidak tau apa yang terjadi nanti” Seokjin menoleh ke arah Jimin. “Jiminnie, kau tidak apa-apa?”

“Ya, aku tidak apa-apa hyung...”

“Apa kau masih mengingat tentang itu?” Yoongi bergeser dan duduk disebelah Jimin. Jimin hanya terdiam. Yoongi yang mengerti keadaannya akhirnya mengubah pertanyaannya “Apa kau benar-benar tidak ikut?”

“Ya”

“Ya.... kau pasti masih ingat kejadian itu....” Hoseok kembali duduk di sofa yang sebelumnya ia duduki. Diikuti Jungkook dibelakangnya. Lalu hening.

“Eeeeyyyy.... kenapa suasananya seperti ini???” Seokjin memecah keheningan. “Hey Jiminnie.... ayo kita berteruh.... kalau ternyata nanti kau menyukai perempun itu, aku ingin kau tidur di kamar mandi semalaman. Dan jika pada akhirnya kau yang berhasil mendapatkannya, Aku ingin kau menyanyikan lagu dari So Nyeo Shi Dae di tengah-tengah kampusmu....”

Jimin berdecak. “Tch, itu tidak akan terjadi....”

“Sudahlah... ayo kita lihat saja nanti... jika itu tidak terjadi, aku yang akan melakukannya....”

“Woah, ini akan seru” Taehyung mengacungkan jempolnya.

“Baiklah....” Jimin berdiri “Setuju...”


0o0o0o0o0


“Hey Jungkookie, apa kau mau ikut aku ke minimarket dekat sini?” Jimin menghampiri Jungkook yang asik memainkan ponselnya di atas ranjang miliknya.

“Oh Hyung? Kau belum tidur? Memangnya mau apa kesana?”

“Entahlah, aku sedikit lapar....”

“Baiklah” Jungkook turun dari ranjang dan mengenakan jaketnya. Lalu keluar dari rumah bersama Jimin. Langkah mereka berdua terhenti saat merasakan bahwa seseorang memanggil mereka.

“Mau kemana kalian berdua hah?” Seokjin bersama 4 saudara lainnya berdiri di balkon lantai atas.

“Ah, kalian diatas? Kami mau ke minimarket Jiminnie hyung bilang dia agak lapar. Apa kalian mau ikut?”

“Tentu saja kami ikut” Tanpa diaba-aba, kelima orang itu masuk ke dalam rumah, menuruni tangga ke lantai bawah, dan kembali keluar untuk ikut pergi ke minimarket bersama Jungkook dan Jimin.

“Karena kita semua disini...., Seokjin hyung... kau yang membayarkan.... kau kan yang paling tua???...” Jimin menyenggol lengan Seokjin.

“Ah baiklah.... baiklahh....” Seokjin memukul kepala bagian belakang Jimin. Setelah masing-masing dari mereka memegang ramyeon di tangan mereka, Seokjin mengeluarkan dompetnya dan membayarnya dengan beberapa uang kecil.

“Yoon Chaeryoung-ssi... apakah ini sabun muka yang anda maksud?” Seorang petugas dari toko tersebut melambaikan tangan pada seseorang yang duduk didekat meja kasir. Orang yang merasa dipanggil tersebut berdiri dan menghampiri petugas tersebut.

“Ah. Iya... ini adalah sabun muka yang sedang kucari. Apa aku merepotkan??? Maafkan aku...”

“Ah. Tidak apa-apa Chaeryoung-ssi.... asal pelanggan kami puas. Kami tidak apa-apa...”

“Iya, aku mengerti. Terima kasih....” Perempuan bernama Chaeryoung itu membayar sabun muka itu di kasir lain dan keluar dari minimarket itu. Mata ketujuh bersaudara tersebut tak lepas dari langkah perempuan tersebut.

“Eum.... permisi... Kalian membuat antreannya terhenti” Ucapan sang penjaga kasir membuat Mereka bertujuh sadar dan segera menyingkir dari sana.

“Ah, Maaf...” Seokjin segera menggiring adik-adiknya keluar dari minimarket itu dan duduk di kursi yang terletak di depan toko itu. “Setelah makan cepat pulang” Seokjin membagikan minuman adiknya.

“Baiklah...”

Mereka semua mulai memakan ramyeon mereka masing-masing tanpa ada suara yang timbul sedikitpun. Pikiran mereka hanya tertuju makanan yang mereka lahap.

“Ah, sial... aku sama sekali tidak tau alamat disekitar sini....” Seorang perempuan lewat dihadapan mereka. Ketujuh pasang mata itu melirik perempuan itu.

“Oh, bukankah dia adalah perempuan yang tadi ada di dalam sana?” Jungkook menyadari kalau perempuan itu adalah perempuan yang sama dengan yang tadi di dalam toko.

“Ah, iya... itu benar” Hoseok mengangguk setuju.

“Apa yang dia lakukan disana?”

Perempuan yang bernama Chaeryoung itu mendengar ucapan Yoongi barusan. Ia menoleh, dan menghampiri ketujuh bersaudara itu.

“Eum... apakah mungkin kalian tinggal disekitar sini...?”

“Ah iya... Apa kau tersesat?” Hoseok menanggapi pertanyaannya.

“Sepertinya begitu. Aku mencari rumah nomor 606. Kenapa aku tak menemukannya?”

Seokjin yang paling tau tentang rumah disekitar sana menanggapi “606? Aku tak pernah melihat rumah bernomor seperti itu disini... Tapi memang disini sangat luas... kau mungkin masih belum mencari keseluruh tempat”

“Yah... Aku terlalu capek untuk mencarinya...” Chaeryoung duduk di kursi yang terletak tidak jauh dari tempat duduk mereka bertujuh “Apa kalian semua bersaudara?”

“Iya... Masing masing dari kami hanya berebeda satu tahun.... kecuali dari Jimin ke Taehyung” Yoongi menunjuk kearah Jimin dan Taehyung.

“Hei, apa disekitar sini ada penginapan? Sepertinya malam ini aku harus tinggal di penginapan...”

“Penginapan???...” Seokjin mulai mengingat-ingat.

Jungkook menyahut “Kenapa tidak tinggal dirumah kami saja? Hanya untuk semalam kan?....”

“Apa? Hei, kau gila... Kau pikir Appa akan mengizinkan?” Jimin memukul kepala Jungkook.

“Kupikir itu tidak akan masalah... lagipula setelah ini, seorang perempuan juga akan mulai tinggal bersama kita” Seokjin meletakkan bungkus ramyeonnya yang sudah kosong ke atas meja.

“Itu benar. Sepertinya Appa tidak akan keberatan” Hoseok mengangguk menyetujui. Lalu pandangannya kembali pada Chaeryoung. “Jadi bagaimana? Kau mau?”

“Apa benar-benar tidak apa-apa? Aku agak ragu dengan ini...”

“Ya, tidak apa-apa. Sini biar kubawakan koper beratmu itu” Yoongi mengambil alih kope yang Chaeryoung bawa di tangannya.

“Hei, aku bisa membawa itu sendiri!”

“Sudahlah, kau hanya harus berjalan...” Yoongi tak memperdulikannya dan mulai berjalan ke arah rumah mereka. Enam saudaranya yang lain mengikutinya dibelakangnya. Begitu juga Chaeryoung.


***

“Kau bisa tidur dikamar ini. Tidak ada yang menempatinya” Seokjin membuka sebuah pintu kamar yang terletak di ujung lorong.

“Ah, tapi apakah ini benar-benar tidak akan merepotkan kalian?” Chaeryoung menyeret kopernya masuk kedalam kamar.

“Tidak.... tidak apa-apa. Dan jika kau mau, besok kami bisa membantumu mencari rumah yang kau tuju” Seokjin membantu Chaeryoung mendorong kopernya.

“Ah... tidak-tidak.... sepertinya aku sudah cukup merepotkan kalian. Aku akan mencari rumah itu sendiri besok”

“Baiklah... Jika itu memang maumu... dan juga besok sepertinya orangtua kami sudah pulang... Kau tidak mau bertemu mereka?”

“Apa?! Pulang? Kalau begitu aku harus segera berangkat dari sini pagi-pagi sekali....”

“Hahaha!!!Tidak usah begitu... mereka sangat baik.... Tak perlu takut....”

“Kalau begitu, aku akan beristiahat dulu....”

“Ah, iya.... Masuklah” Seokjin menutupkan pintu kamar Charyoung lalu pergi berkumpul bersama adik adiknya yang lain.

“Hyung, Appa mengirimiku pesan. Dia akan sampai rumah sebentar lagi...” Yoongi melemparkan makanan yang ia pegang dan ditangkap dengan sempurna oleh Seokjin.

“Benarkah? Bagus kalau begitu...” Seokjin memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya.

“Apa kau akan bilang tentang perempuan yang menginap itu?” Jungkook menatap Seokjin.

“Tidak, lagipula mereka akan tau sendiri besok pagi... Tidak usah bilang...”

“Baiklah...” Jungkook kembali mengalihkan pandangannya pada televisi yang menyala. “Itu berarti, kita tidak akan tidur malam ini kan?” Ucap Jungkook, Pandangannya masih pada Televisi.

“Ya... Itu terserah kalian sendiri” Seokjin ikut duduk di sofa, menonton televisi.


***


            Suara mesin mobil terdengar dari luar rumah Keluarga Kim. Tak lama kemudian, disusul dengan suara gerbang rumah mereka yang terbuka. Lalu, suara mesin mobil yang bergerak kembali terdengar. Suara itu semakin mendekat dan pada akhirnya berhenti.

            Ketujuh bersaudara itu bangkit dari duduk mereka dan segera menuju pintu depan rumah mereka.

“Hei anak-anakku...” Appa mereka turun dari mobil dan memeluk anaknya satu persatu.

“Aigoo.... kalian semakin tampan. Tidak ada masalah selama kami tidak disini kan?” Eomma mereka juga memeluk ketujuh anaknya.

“Tentu saja... semuanya aman terkendali...” Seokjin tersenyum memandang wajah Eommanya.
Eommanya balas tersenyum “Kau semakin dewasa Seokjin-ah.... sepertinya kau benar-benar siap untuk menikah....”

“Ahahaha.... Benarkah?”

“Sudahlah... ayo kita masuk dulu...” Appa mereka, Atau sebut saja Tuan Kim membawa istrinya dan anak-anaknya masuk ke dalam. Atau lebih tepatnya, ke ruang tengah yang sebelumnya mereka tempati.

“Appa....” Namjoon menepuk pelan kaki Appanya  “Tentang perempuan yang kau maksud itu....”

“Ah... iya, dia adalah anak teman Appa. Orangtuanya berada jauh dari sini... Eommanya sakit dan mengharuskan mereka keluar negeri untuk pengobatannya. Sedangkan anaknya mereka tinggal disini. Dan mereka bilang, mereka ingin melihat anaknya sudah memiliki pendamping saat mereka kembali kesini. Jadi.... begitulah”

“Berapa umurnya?” Hoseok memastikan “Apa dia lebih tua dariku?”

“Entahlah. Sepertinya lebih baik kalian sediri yang bertanya padanya”

“Kapan dia akan datang?” Hoseok kembali bertanya.

“Dia bilang secepatnya. Itu berarti, mungkin besok dia sudah sampai disini”

“Haha... aku sudah tidak sabar” Yoongi mengepal erat tangannya.

Eommanya yang duduk disampinya tersenyum dan mengelus kepala Yoongi. “Kalian benar-benar sudah dewasa huh?.... Sudahlah, sekarang kalian istirahat dulu oke?”

“Baiklah....”


***


            Sinar matahari masuk ke kamar Chaeryoung melalui celah jendelanya. Membuat Chaeryoung merasakan silau walaupun matanya masih benar-benar tertutup rapat. Pada akhirnya Chaeryoung tersadar dan membuka matanya.

“Hei, aku dimana?” Chaeryoung mengingat-ingat sejenak kejadian sebelumnya “Ah... itu benar, aku tidur di rumah ketujuh bersaudara itu...” Chaeryoung merenggangkan otot-ototnya sejenak lalu berjalan ke arah jendela untuk mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.

            Lalu dirinya tersadar kalau ia bangun terlalu siang. Ia baru ingat kalau orangtua ketujuh bersaudar itu sudah pulang. Seharusnyaia bangun saat fajar dan pergi saat matahari baru terbit.

“Semoga saja mereka belum bangun dari tidur mereka” Chaeryoung merapian rambutnya sedikit lalu keluar dari kamar dengan langkah yang sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Chaeryoung menuruni tangga dan...

“Oh, Chaeryoung-ssi, kau sudah bangun?” Seokjin yang berada di meja makan bersama keluarganya menyadari Chaeryoung yang menuruni tangga.

“Ah iya. Sepertinya aku bangun terlambat...” Chaeryoung menggaruk tengkuknya karena merasa sungkan.

“Oh??? Yoon Chaeryoung! Kapan kau sampai disini???” Nyonya Kim menghampiri Chaeryoung.

“Ah, Imo.... Kenapa anda disini?”

“Ini rumahku....”

Mata Chaeryoung terbuka lebar “Ah... Jadi ini rumah anda???...”

“Iya.... Kapan kau sampai disini???”

“Eung..... Tadi malam...?” Chaeryoung menjawab ragu.

“Tadi malam? Benarkah????” Nyonya Kim menoleh ke arah ketujuh anaknya. “Kenapa kalian tidak bilang? Apa dia datang sebelum Eomma sampai kesini?”

“Kupikir dia bukan ornag yang Eomma suruh untuk tinggal disini.... Dia tersesat tadi malam, karena kasihan kami menawarkan padanya agar tinggal disini. Aku tidak tau kalau dia adalah orang yang Eomma kirim” Seokjin menjelaskan.

“Aigoo.... Maafkan Eomma. Ayo Chaeryoung-ah, kita sarapan bersama...” Nyonya Kim menarik tangan Chaeryoung menuju meja makan.

“Selamat pagi Samchon...” Chaeryoung membungkuk saat melihat Tuan Kim. Tuan Kim tersenyum membalas sapaannya.

“Nah, Chaeryoungie, apa kau sudah mengenal satu-persatu putraku?” Chaeryoung menggeleng pelan. Nyonya Kim tersenyum lalu mulai memperkenalkan putraya satu perastu urut dari yang paling tua.


***


Hening.

Hal yang tak biasa terjadi di rumah keluarga Kim. Semua ini terjadi karena kedatangan Chaeryoung di rumah mereka. Kedua orangtua mereka kembali ke Ilsan karena kepentingan mendadak. Chaeryoung hanya duduk sambil menatap televisi yang mati. Tangannya saling meremas satu sama lain karena kegugupannya. Sedangkan ketujuh bersaudara itu hanya menatap kosong Chaeryoung tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Pada akhirnya, Jungkook, anak termuda memecah keheningan. “Eum.... Chaeryoung-ssi, kalau boleh tau.... berapa umurmu?...”

“Ah....Aku.... lahir di tahun 93...”

“Benarkah? Itu berarti kita seumuran...” Namjoon mengulurkan tangannya “Semoga kita bisa menjadi lebih dekat”

Chaeryoung menjabat tangan Namjoon “Ya, Aku harap begitu” Lalu pandangan Hayoung kembali pada Jungkook “Bagaimana denganmu? Berapa umurmu?”

“Kau lebih tua 4 tahun dariku, dan lebih tua 3 tahun dari Taehyungie hyung”

“Benarkah? Kalau begitu panggil saja aku Noona”

“Oh? Apa itu tidak masalah? Biasanya para perempuan tidak mau dipaggil dengan sebutan itu” Taehyung sadar dari pandangan kosongnya.

“Ya, itu tidak masalah bagiku”Chaeryoung tersenyum “Lalu.... Aku minta maaf jika mengatakan ini.... tapi...., Kim Samchon bilang dia akan menikahkanku dengan seorang anaknya, siapa itu?”

“Oh? Apa kau tidak tau? Kita bertujuh akan berlomba untuk mendapatkanmu, jadi itu terserah kau ingin menikahi siapa...” Seokjin menjelaskan. “Ah, maksudku kita berempat.... Empat anak yang paling tua”

“Apa? Jadi maksudmu aku harus memilih?” Semuanya mengangguk menanggapi pertanyaan Chaeryoung. “Astaga...Ini tidak benar. Bagaimana caranya aku bisamemilih salah satu dari kalian”

Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya “Apa kau tidak pernah merasakan cinta? Tentu saja kau harus menggunakan hatimu. Kau pikir memilih seseorang untuk hidupmu itu harus dengan otak?”

Seokjin memukul kaki Jimin karena ucapannya barusan. “Sudah kubilang jangan begitu Jimin-ah”

“Tapi itu sulit sekali. Bahkan aku sama sekali tidak mengenal kalian” Chaeryoung menggaruk kepalanya “Tapi bagaimana jika tidak ada satupun dari kalian yang kupilih....?”

Seokjin mengangkat kedua bahunya “Yah..... itu.....terserah padamu”


***


“Jiminnie Hyung, sepertinya kau masih sensitif jika menyangkut soal wanita huh?” Jungkook menghampiri Jimin yang memakan beberapa camilan di meja makan.Diikuti Taehyung dibelakangnya.

“Entahlah. Aku hanya tidak suka”

“Tidak suka padanya, atau tidak suka pada wanita?” Taehyung memakan beberapa juga.

“Tentu saja aku tidak suka semua wanita. Mereka sangat egois. Dari semua yang teman-temanku ceritakan padaku, Hubungan mereka akhirnya berakhir karena sang perempuang yang mengakhirinya... Tapi sebelumnya, sang perempuan itulah yang meminta banyak perhatian dari laki-laki. Bukankah mereka sangat egois?”

“Ey, Jiminne hyung. Cobalah lihat Chaeryoung noona sebentar. Sepertinya dia tidak seburuk yang kau bayangkan. Lihat saja dulu....” Jungkook menepuk pundak Jimin.

“Bagaimana denganmu? Kenapa kau tidak ikut perebutan ini?”

“Aish hyung. Aku masih 18 tahun..... lagipula aku takut semua nilaiku turun hanya karena semua ini. Dan tahun ini aku masuk ke universitas kan?”

“Dasar banyak alasan” Jimin memukul kepala Jungkook.


***


            Seokjin menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah mengumpulkan beberapa keberanian, Seokjin mengetok pintu kamar Chaeryoung beberapa kali. Tak lama, Pintu itu terbuka.

“Ah, Seokjin-ssi. Ada apa?”

“Eum... aku hanya ingin mengambil beberapa barang disini. Sepertinya kamar ini terlalu sempit. Dan aku baru ingat di dalam lemari pakaian itu ada beberapa pakaian kami yang tertinggal...” Seokjin menggaruk tengkuknya “Eng.... Apa aku boleh masuk?”

Chaeryoung tersadar “Ah iya... iya. Masuk saja....” Seokjin melangkah masuk sambil membawa sebuah keranjang pakaian ditangannya. “Kau mau kubantu?”

“Tidak... Tidak usah. Biarkan aku saja yang melakukan ini” Seokjin tersenyum lalu memegang pintu lemarinya. Dibukanya pintu itu, dan Seokjin mulai memasukkan pakaian itu satu persatu ke dalam keranjang pakaian. “Ah iya. Mungkin selama kau disini, kau akan diperlakukan tidak baik dengan adikku Jimin...”

“Ya, aku juga merasa begitu. Dia sangat diam debandingkan dengan yang lainnya. Sepertinya dia membenciku...”

“Tidak, Dia sebenarnya sangat baik.... Dia hanya agak sensitif jika menyangkut tentang perempuan...” Pandangan Seokjin masih tetap pada pakaian pakaian itu.

“Apa yang terjadi dengannya?”

“Entahlah, aku rasa tidak sebaiknya aku menceritakannya. Tapi jika kau ingin tau tentang itu, kau bisa bertanya langsung padanya”

“Ya, Aku mengerti...”

Suasana hening sejenak, sampai Seokjin memasukkan pakaian terakhir dan menutup lemari itu. “Jja, kau bisa mengeluarkan semua pakaianmu dan meletakkannya disini”

“Ah, iya. Terima kasih banyak. Aku merasa benar-benar telah merepotkan kalian...”

“Ahahaha.... itu tidak masalah. Lagipula jika kau nanti menjadi istri salah satu dari kami, bukankah kau akan semakin sering merepotkan kami?”

Pipi Chaeryoung memerah. “Astaga! Tidak seharusnya kau mengatakan itu” Chaeryoung menutupi mukanya dengan kedua tangannya.

“Hahaha... maaf... Kalau begitu, aku keluar dulu. Panggil saja kami jika butuh apa-apa” Seokjin keluar dari kamar, tidak lupa menutup pintu kamar Chaeryoung.

            Dan begitulah semuanya dimulai. Seokjin sudah mengambil selangkah lebih cepat daripada yang lainnya. Dan yang pasti, adik-adiknya pasti akan menyusul selangkah yang tertinggal itu. Itu artinya, pertempuran kakak baradik dalam memperebutkan hati Chaeryoung itu sudah dimulai....


***


Semuanya sudah dimulai. Apakah ikatan persaudaraan kami akan jatuh dengan mudah hanya karena seoang wanita? [Jimin]


***



To Be Continued

0 komentar:

Posting Komentar

 

K-Pop Area Indonesia Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang