Title
: Scramble Heart [Chap 1 – The Day We Meet You]
Cast
: BTS Member, Yoon Chaeryoung, Yoo Hyesun
Author
: SHC
Genre
: Romance
Lenght
: Chaptered (16 Chap)
Rating
: PG-13
Note : Don't Be SiDers!
0o0o0o0o0
Author
POV
Kim Family.
Begitu mereka menyebutnya. Orang-orang sangat iri
dengan keluarga itu. Orangtua mereka sangat sukses. Ketujuh anaknya juga
sepertinya akan menyusul kesuksesan mereka. Ditambah lagi tujuh anak tersebut
memiliki wajah idola yang sangat disukai para gadis zaman sekarang.
Tidak hanya itu, mereka juga sekalipun tidak pernah
bertengkar. Bahkan masalah sekecil apapun tak pernah mereka alami. Memang
sepertinya benar-benar keluarga yang sangat diidamkan.
“Hyung, sepertinya Appa ingin bicara denganmu...”
Taehyung menghampiri Seokjin dan memberikan ponselnya padanya.
“Terima kasih” Seokjin tersenyum seraya menerima
ponselnya dari tangan Taehyung. Mata keenam adiknya mengikuti Seokjin yang
berjalan mondar mandir sambil menempelkan ponsel di telinganya. Tapi tak lama,
Seokjin mengakhiri panggilan tersebut.
“Sesingkat itu?” Taehyung menerima ponselnya
kembali.
Seokjin memasukkan tangannya ke saku celananya
“Masih belum selesai” Lalu dikeluarkannya tangannya dengan ponsel yang sudah ia
genggam “Dia meminta untuk memakai panggilan video”
“Sepertinya ada hal penting yang ingin ia bicarakan”
Yoongi merapikan baju yang ia kenakan. Ketujuh saudara itu merapatkan duduknya
agar dapat dilihat di layar ponsel Appa mereka. Tak lama, wajah Appa mereka
telah nampak di layar ponsel Seokjin.
“Hai, semuanya... apa kalian baik-baik saja?”
Jungkook menjawab pertanyaan itu dulu “Ya, kami
baik-baik saja. Appa dimana sekarang?”
“ Aku harus menyelesaikan beberapa proyek di Ilsan. Eommamu
juga memiliki beberapa kepentingan disini...”
“Jadi, apa yang ingin Appa bicarakan?....” Seokjin
memotong sebelum Jungkook mengatakan sesuatu lagi.
“Ini tentang Seokjin dan Yoongi..... tapi setelah
kupikir-pikir lagi, ini tentang kalian semua....”
“Ada apa denganku dan Seokjin Hyung?” Yoongi
memberikan perhatian penuh pada Appanya.
“Kalian sudah berada pada usia matang... Appa ingin
kalian mulai mencari calon pasangan kalian”
Seokjin tersenyum “Benarkah? Appa mengizinkan kami?”
“Bukan itu yang Appa katakan.... dengarkan dulu
sampai selesai....” Appa mereka memasang tatapan yang lebih serius dari sebelumnya.
“Appa akan mengirimkan seorang perempuan kesana...”
Yoongi mengerutkan dahi “Seorang? Bukankah Appa
bilang ini tentang aku dan Seokjin hyung? Jadi bukannya Appa harusnya
mengirimkan 2 orang?”
“Tidak.... dia bukan untuk kalian berdua” Appa mereka
tersenyum “Kalian bisa bilang kalau ini adalah pertempuran bagi kalian bertujuh
untuk mendapatkan hati perempuan itu....”
Semuanya menelan ludah, terkejut.
“Kami bertujuh? Tapi bukankah itu terlihat....
eum.... agak sedikit.... brutal?” Hoseok berdiri dari duduknya.
“Itu tidak akan terjadi, bukankah kalian memiliki
ikatan persaudaraan yang sangat kuat? Itu artinya tidak akan terjadi perpecahan
di antara kalian semua...”
“Tidak mungkin” Jimin merebut ponsel Seokjin dari
tangan Seokjin “Sudah pasti pada akhirnya kami akan terpisah.... aku
benar-benar yakin.... Lihat saja nanti.... aku tidak bercanda.... seorang
wanita pasti akan mengubah segalanya....”
Seokjin kembali merebut ponselnya “Astaga Jiminnie,
kenapa kau begitu?”
“Eum... Appa?”
“Iya Jungkook???”
“Kupikir daripada bertujuh, Lebih baik Appa
menyebutnya berlima” Jungkook menghampiri Taehyung dan merangkulnya “Sepertinya
aku dan Taehyungie hyung masih harus melanjutkan kuliah kami dulu....”
“Ah itu benar, baiklah kalau begitu...”
“Aku juga tidak ikut. Tahun ini adalah tahun
terakhirku di universitas... Lebih baik aku konsentrasi dengan kuliahku
dulu.....” Jimin juga ikut mengundurkan diri dari hal itu.
“Baiklah.... Aku mengerti itu. Namjoon, Hoseok,
Yoongi dan Seokjin. Kalian tetap ikut kan?” Mereka berempat mengangguk “Kuharap
Seokjin yang memenangkan ini. Mengingat dia adalah kakak tertua. Tapi jika yang
lain yang mendapatkannya.... itu tidak akan masalah” Appa mereka tersenyum “Appa
pergi dulu...” Belum sempat mereka mengucapkan apa-apa, Appa mereka telah
mematikan sambungannya.
“Jadi maksudnya dia akan tinggal disini kan?” Hoseok
beranjak dari tempatnya.
“Ya, sepertinya begitu. Itu pasti akan sangat
canggung” Jungkook juga beranjak menghampiri Hoseok.
“Kita masih tidak tau apa yang terjadi nanti” Seokjin
menoleh ke arah Jimin. “Jiminnie, kau tidak apa-apa?”
“Ya, aku tidak apa-apa hyung...”
“Apa kau masih mengingat tentang itu?” Yoongi
bergeser dan duduk disebelah Jimin. Jimin hanya terdiam. Yoongi yang mengerti
keadaannya akhirnya mengubah pertanyaannya “Apa kau benar-benar tidak ikut?”
“Ya”
“Ya.... kau pasti masih ingat kejadian itu....”
Hoseok kembali duduk di sofa yang sebelumnya ia duduki. Diikuti Jungkook
dibelakangnya. Lalu hening.
“Eeeeyyyy.... kenapa suasananya seperti ini???”
Seokjin memecah keheningan. “Hey Jiminnie.... ayo kita berteruh.... kalau
ternyata nanti kau menyukai perempun itu, aku ingin kau tidur di kamar mandi
semalaman. Dan jika pada akhirnya kau yang berhasil mendapatkannya, Aku ingin
kau menyanyikan lagu dari So Nyeo Shi Dae
di tengah-tengah kampusmu....”
Jimin berdecak. “Tch, itu tidak akan terjadi....”
“Sudahlah... ayo kita lihat saja nanti... jika itu
tidak terjadi, aku yang akan melakukannya....”
“Woah, ini akan seru” Taehyung mengacungkan
jempolnya.
“Baiklah....” Jimin berdiri “Setuju...”
0o0o0o0o0
“Hey Jungkookie, apa kau mau ikut aku ke minimarket dekat sini?” Jimin
menghampiri Jungkook yang asik memainkan ponselnya di atas ranjang miliknya.
“Oh Hyung? Kau belum tidur? Memangnya mau apa
kesana?”
“Entahlah, aku sedikit lapar....”
“Baiklah” Jungkook turun dari ranjang dan mengenakan
jaketnya. Lalu keluar dari rumah bersama Jimin. Langkah mereka berdua terhenti
saat merasakan bahwa seseorang memanggil mereka.
“Mau kemana kalian berdua hah?” Seokjin bersama 4
saudara lainnya berdiri di balkon lantai atas.
“Ah, kalian diatas? Kami mau ke minimarket Jiminnie hyung bilang dia agak lapar. Apa kalian mau
ikut?”
“Tentu saja kami ikut” Tanpa diaba-aba, kelima orang
itu masuk ke dalam rumah, menuruni tangga ke lantai bawah, dan kembali keluar
untuk ikut pergi ke minimarket bersama
Jungkook dan Jimin.
“Karena kita semua disini...., Seokjin hyung... kau
yang membayarkan.... kau kan yang paling tua???...” Jimin menyenggol lengan
Seokjin.
“Ah baiklah.... baiklahh....” Seokjin memukul kepala
bagian belakang Jimin. Setelah masing-masing dari mereka memegang ramyeon di
tangan mereka, Seokjin mengeluarkan dompetnya dan membayarnya dengan beberapa
uang kecil.
“Yoon Chaeryoung-ssi... apakah ini sabun muka yang
anda maksud?” Seorang petugas dari toko tersebut melambaikan tangan pada
seseorang yang duduk didekat meja kasir. Orang yang merasa dipanggil tersebut
berdiri dan menghampiri petugas tersebut.
“Ah. Tidak apa-apa Chaeryoung-ssi.... asal pelanggan
kami puas. Kami tidak apa-apa...”
“Iya, aku mengerti. Terima kasih....” Perempuan
bernama Chaeryoung itu membayar sabun muka itu di kasir lain dan keluar dari minimarket itu. Mata ketujuh bersaudara
tersebut tak lepas dari langkah perempuan tersebut.
“Eum.... permisi... Kalian membuat antreannya
terhenti” Ucapan sang penjaga kasir membuat Mereka bertujuh sadar dan segera
menyingkir dari sana.
“Ah, Maaf...” Seokjin segera menggiring adik-adiknya
keluar dari minimarket itu dan duduk
di kursi yang terletak di depan toko itu. “Setelah makan cepat pulang” Seokjin
membagikan minuman adiknya.
“Baiklah...”
Mereka semua mulai memakan ramyeon mereka
masing-masing tanpa ada suara yang timbul sedikitpun. Pikiran mereka hanya
tertuju makanan yang mereka lahap.
“Ah, sial... aku sama sekali tidak tau alamat
disekitar sini....” Seorang perempuan lewat dihadapan mereka. Ketujuh pasang
mata itu melirik perempuan itu.
“Oh, bukankah dia adalah perempuan yang tadi ada di
dalam sana?” Jungkook menyadari kalau perempuan itu adalah perempuan yang sama
dengan yang tadi di dalam toko.
“Ah, iya... itu benar” Hoseok mengangguk setuju.
“Apa yang dia lakukan disana?”
Perempuan yang bernama Chaeryoung itu mendengar
ucapan Yoongi barusan. Ia menoleh, dan menghampiri ketujuh bersaudara itu.
“Eum... apakah mungkin kalian tinggal disekitar
sini...?”
“Ah iya... Apa kau tersesat?” Hoseok menanggapi
pertanyaannya.
“Sepertinya begitu. Aku mencari rumah nomor 606.
Kenapa aku tak menemukannya?”
Seokjin yang paling tau tentang rumah disekitar sana
menanggapi “606? Aku tak pernah melihat rumah bernomor seperti itu disini...
Tapi memang disini sangat luas... kau mungkin masih belum mencari keseluruh
tempat”
“Yah... Aku terlalu capek untuk mencarinya...” Chaeryoung
duduk di kursi yang terletak tidak jauh dari tempat duduk mereka bertujuh “Apa
kalian semua bersaudara?”
“Iya... Masing masing dari kami hanya berebeda satu
tahun.... kecuali dari Jimin ke Taehyung” Yoongi menunjuk kearah Jimin dan
Taehyung.
“Hei, apa disekitar sini ada penginapan? Sepertinya
malam ini aku harus tinggal di penginapan...”
“Penginapan???...” Seokjin mulai mengingat-ingat.
Jungkook menyahut “Kenapa tidak tinggal dirumah kami
saja? Hanya untuk semalam kan?....”
“Apa? Hei, kau gila... Kau pikir Appa akan
mengizinkan?” Jimin memukul kepala Jungkook.
“Kupikir itu tidak akan masalah... lagipula setelah
ini, seorang perempuan juga akan mulai tinggal bersama kita” Seokjin meletakkan
bungkus ramyeonnya yang sudah kosong ke atas meja.
“Itu benar. Sepertinya Appa tidak akan keberatan”
Hoseok mengangguk menyetujui. Lalu pandangannya kembali pada Chaeryoung. “Jadi
bagaimana? Kau mau?”
“Apa benar-benar tidak apa-apa? Aku agak ragu dengan
ini...”
“Ya, tidak apa-apa. Sini biar kubawakan koper
beratmu itu” Yoongi mengambil alih kope yang Chaeryoung bawa di tangannya.
“Hei, aku bisa membawa itu sendiri!”
“Sudahlah, kau hanya harus berjalan...” Yoongi tak
memperdulikannya dan mulai berjalan ke arah rumah mereka. Enam saudaranya yang
lain mengikutinya dibelakangnya. Begitu juga Chaeryoung.
***
“Kau bisa tidur dikamar ini. Tidak ada yang
menempatinya” Seokjin membuka sebuah pintu kamar yang terletak di ujung lorong.
“Ah, tapi apakah ini benar-benar tidak akan
merepotkan kalian?” Chaeryoung menyeret kopernya masuk kedalam kamar.
“Tidak.... tidak apa-apa. Dan jika kau mau, besok
kami bisa membantumu mencari rumah yang kau tuju” Seokjin membantu Chaeryoung
mendorong kopernya.
“Ah... tidak-tidak.... sepertinya aku sudah cukup
merepotkan kalian. Aku akan mencari rumah itu sendiri besok”
“Baiklah... Jika itu memang maumu... dan juga besok
sepertinya orangtua kami sudah pulang... Kau tidak mau bertemu mereka?”
“Apa?! Pulang? Kalau begitu aku harus segera
berangkat dari sini pagi-pagi sekali....”
“Hahaha!!!Tidak usah begitu... mereka sangat
baik.... Tak perlu takut....”
“Kalau begitu, aku akan beristiahat dulu....”
“Ah, iya.... Masuklah” Seokjin menutupkan pintu
kamar Charyoung lalu pergi berkumpul bersama adik adiknya yang lain.
“Hyung, Appa mengirimiku pesan. Dia akan sampai
rumah sebentar lagi...” Yoongi melemparkan makanan yang ia pegang dan ditangkap
dengan sempurna oleh Seokjin.
“Benarkah? Bagus kalau begitu...” Seokjin memasukkan
makanan itu ke dalam mulutnya.
“Apa kau akan bilang tentang perempuan yang menginap
itu?” Jungkook menatap Seokjin.
“Tidak, lagipula mereka akan tau sendiri besok
pagi... Tidak usah bilang...”
“Baiklah...” Jungkook kembali mengalihkan
pandangannya pada televisi yang menyala. “Itu berarti, kita tidak akan tidur
malam ini kan?” Ucap Jungkook, Pandangannya masih pada Televisi.
“Ya... Itu terserah kalian sendiri” Seokjin ikut
duduk di sofa, menonton televisi.
***
Suara
mesin mobil terdengar dari luar rumah Keluarga Kim. Tak lama kemudian, disusul
dengan suara gerbang rumah mereka yang terbuka. Lalu, suara mesin mobil yang
bergerak kembali terdengar. Suara itu semakin mendekat dan pada akhirnya
berhenti.
Ketujuh
bersaudara itu bangkit dari duduk mereka dan segera menuju pintu depan rumah
mereka.
“Hei anak-anakku...” Appa mereka turun dari mobil
dan memeluk anaknya satu persatu.
“Aigoo.... kalian semakin tampan. Tidak ada masalah
selama kami tidak disini kan?” Eomma mereka juga memeluk ketujuh anaknya.
“Tentu saja... semuanya aman terkendali...” Seokjin
tersenyum memandang wajah Eommanya.
Eommanya balas tersenyum “Kau semakin dewasa
Seokjin-ah.... sepertinya kau benar-benar siap untuk menikah....”
“Ahahaha.... Benarkah?”
“Sudahlah... ayo kita masuk dulu...” Appa mereka,
Atau sebut saja Tuan Kim membawa istrinya dan anak-anaknya masuk ke dalam. Atau
lebih tepatnya, ke ruang tengah yang sebelumnya mereka tempati.
“Appa....” Namjoon menepuk pelan kaki Appanya “Tentang perempuan yang kau maksud itu....”
“Ah... iya, dia adalah anak teman Appa. Orangtuanya
berada jauh dari sini... Eommanya sakit dan mengharuskan mereka keluar negeri
untuk pengobatannya. Sedangkan anaknya mereka tinggal disini. Dan mereka
bilang, mereka ingin melihat anaknya sudah memiliki pendamping saat mereka
kembali kesini. Jadi.... begitulah”
“Berapa umurnya?” Hoseok memastikan “Apa dia lebih
tua dariku?”
“Entahlah. Sepertinya lebih baik kalian sediri yang
bertanya padanya”
“Kapan dia akan datang?” Hoseok kembali bertanya.
“Dia bilang secepatnya. Itu berarti, mungkin besok
dia sudah sampai disini”
“Haha... aku sudah tidak sabar” Yoongi mengepal erat
tangannya.
Eommanya yang duduk disampinya tersenyum dan
mengelus kepala Yoongi. “Kalian benar-benar sudah dewasa huh?.... Sudahlah,
sekarang kalian istirahat dulu oke?”
“Baiklah....”
***
Sinar
matahari masuk ke kamar Chaeryoung melalui celah jendelanya. Membuat Chaeryoung
merasakan silau walaupun matanya masih benar-benar tertutup rapat. Pada
akhirnya Chaeryoung tersadar dan membuka matanya.
“Hei, aku dimana?” Chaeryoung mengingat-ingat
sejenak kejadian sebelumnya “Ah... itu benar, aku tidur di rumah ketujuh
bersaudara itu...” Chaeryoung merenggangkan otot-ototnya sejenak lalu berjalan
ke arah jendela untuk mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.
Lalu
dirinya tersadar kalau ia bangun terlalu siang. Ia baru ingat kalau orangtua
ketujuh bersaudar itu sudah pulang. Seharusnyaia bangun saat fajar dan pergi
saat matahari baru terbit.
“Semoga saja mereka belum bangun dari tidur mereka”
Chaeryoung merapian rambutnya sedikit lalu keluar dari kamar dengan langkah
yang sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Chaeryoung menuruni tangga
dan...
“Oh, Chaeryoung-ssi, kau sudah bangun?” Seokjin yang
berada di meja makan bersama keluarganya menyadari Chaeryoung yang menuruni
tangga.
“Ah iya. Sepertinya aku bangun terlambat...”
Chaeryoung menggaruk tengkuknya karena merasa sungkan.
“Oh??? Yoon Chaeryoung! Kapan kau sampai disini???”
Nyonya Kim menghampiri Chaeryoung.
“Ah, Imo.... Kenapa anda disini?”
“Ini rumahku....”
Mata Chaeryoung terbuka lebar “Ah... Jadi ini rumah
anda???...”
“Iya.... Kapan kau sampai disini???”
“Eung..... Tadi malam...?” Chaeryoung menjawab ragu.
“Tadi malam? Benarkah????” Nyonya Kim menoleh ke
arah ketujuh anaknya. “Kenapa kalian tidak bilang? Apa dia datang sebelum Eomma
sampai kesini?”
“Kupikir dia bukan ornag yang Eomma suruh untuk
tinggal disini.... Dia tersesat tadi malam, karena kasihan kami menawarkan
padanya agar tinggal disini. Aku tidak tau kalau dia adalah orang yang Eomma
kirim” Seokjin menjelaskan.
“Aigoo.... Maafkan Eomma. Ayo Chaeryoung-ah, kita
sarapan bersama...” Nyonya Kim menarik tangan Chaeryoung menuju meja makan.
“Selamat pagi Samchon...” Chaeryoung membungkuk saat
melihat Tuan Kim. Tuan Kim tersenyum membalas sapaannya.
“Nah, Chaeryoungie, apa kau sudah mengenal
satu-persatu putraku?” Chaeryoung menggeleng pelan. Nyonya Kim tersenyum lalu
mulai memperkenalkan putraya satu perastu urut dari yang paling tua.
***
Hening.
Hal yang tak biasa terjadi di rumah keluarga Kim.
Semua ini terjadi karena kedatangan Chaeryoung di rumah mereka. Kedua orangtua
mereka kembali ke Ilsan karena kepentingan mendadak. Chaeryoung hanya duduk
sambil menatap televisi yang mati. Tangannya saling meremas satu sama lain
karena kegugupannya. Sedangkan ketujuh bersaudara itu hanya menatap kosong
Chaeryoung tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Pada akhirnya, Jungkook, anak termuda memecah
keheningan. “Eum.... Chaeryoung-ssi, kalau boleh tau.... berapa umurmu?...”
“Ah....Aku.... lahir di tahun 93...”
“Benarkah? Itu berarti kita seumuran...” Namjoon
mengulurkan tangannya “Semoga kita bisa menjadi lebih dekat”
Chaeryoung menjabat tangan Namjoon “Ya, Aku harap
begitu” Lalu pandangan Hayoung kembali pada Jungkook “Bagaimana denganmu?
Berapa umurmu?”
“Kau lebih tua 4 tahun dariku, dan lebih tua 3 tahun
dari Taehyungie hyung”
“Benarkah? Kalau begitu panggil saja aku Noona”
“Oh? Apa itu tidak masalah? Biasanya para perempuan
tidak mau dipaggil dengan sebutan itu” Taehyung sadar dari pandangan kosongnya.
“Ya, itu tidak masalah bagiku”Chaeryoung tersenyum “Lalu....
Aku minta maaf jika mengatakan ini.... tapi...., Kim Samchon bilang dia akan
menikahkanku dengan seorang anaknya, siapa itu?”
“Oh? Apa kau tidak tau? Kita bertujuh akan berlomba
untuk mendapatkanmu, jadi itu terserah kau ingin menikahi siapa...” Seokjin
menjelaskan. “Ah, maksudku kita berempat.... Empat anak yang paling tua”
“Apa? Jadi maksudmu aku harus memilih?” Semuanya
mengangguk menanggapi pertanyaan Chaeryoung. “Astaga...Ini tidak benar.
Bagaimana caranya aku bisamemilih salah satu dari kalian”
Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya “Apa kau tidak pernah
merasakan cinta? Tentu saja kau harus menggunakan hatimu. Kau pikir memilih
seseorang untuk hidupmu itu harus dengan otak?”
Seokjin memukul kaki Jimin karena ucapannya barusan.
“Sudah kubilang jangan begitu Jimin-ah”
“Tapi itu sulit sekali. Bahkan aku sama sekali tidak
mengenal kalian” Chaeryoung menggaruk kepalanya “Tapi bagaimana jika tidak ada
satupun dari kalian yang kupilih....?”
Seokjin mengangkat kedua bahunya “Yah.....
itu.....terserah padamu”
***
“Jiminnie Hyung, sepertinya kau masih sensitif jika
menyangkut soal wanita huh?” Jungkook menghampiri Jimin yang memakan beberapa
camilan di meja makan.Diikuti Taehyung dibelakangnya.
“Entahlah. Aku hanya tidak suka”
“Tidak suka padanya, atau tidak suka pada wanita?”
Taehyung memakan beberapa juga.
“Tentu saja aku tidak suka semua wanita. Mereka
sangat egois. Dari semua yang teman-temanku ceritakan padaku, Hubungan mereka
akhirnya berakhir karena sang perempuang yang mengakhirinya... Tapi sebelumnya,
sang perempuan itulah yang meminta banyak perhatian dari laki-laki. Bukankah
mereka sangat egois?”
“Ey, Jiminne hyung. Cobalah lihat Chaeryoung noona
sebentar. Sepertinya dia tidak seburuk yang kau bayangkan. Lihat saja dulu....”
Jungkook menepuk pundak Jimin.
“Bagaimana denganmu? Kenapa kau tidak ikut perebutan
ini?”
“Aish hyung. Aku masih 18 tahun..... lagipula aku
takut semua nilaiku turun hanya karena semua ini. Dan tahun ini aku masuk ke
universitas kan?”
“Dasar banyak alasan” Jimin memukul kepala Jungkook.
***
Seokjin
menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Setelah mengumpulkan
beberapa keberanian, Seokjin mengetok pintu kamar Chaeryoung beberapa kali. Tak
lama, Pintu itu terbuka.
“Ah, Seokjin-ssi. Ada apa?”
“Eum... aku hanya ingin mengambil beberapa barang
disini. Sepertinya kamar ini terlalu sempit. Dan aku baru ingat di dalam lemari
pakaian itu ada beberapa pakaian kami yang tertinggal...” Seokjin menggaruk
tengkuknya “Eng.... Apa aku boleh masuk?”
Chaeryoung tersadar “Ah iya... iya. Masuk saja....”
Seokjin melangkah masuk sambil membawa sebuah keranjang pakaian ditangannya. “Kau
mau kubantu?”
“Tidak... Tidak usah. Biarkan aku saja yang
melakukan ini” Seokjin tersenyum lalu memegang pintu lemarinya. Dibukanya pintu
itu, dan Seokjin mulai memasukkan pakaian itu satu persatu ke dalam keranjang
pakaian. “Ah iya. Mungkin selama kau disini, kau akan diperlakukan tidak baik
dengan adikku Jimin...”
“Ya, aku juga merasa begitu. Dia sangat diam
debandingkan dengan yang lainnya. Sepertinya dia membenciku...”
“Tidak, Dia sebenarnya sangat baik.... Dia hanya
agak sensitif jika menyangkut tentang perempuan...” Pandangan Seokjin masih
tetap pada pakaian pakaian itu.
“Apa yang terjadi dengannya?”
“Entahlah, aku rasa tidak sebaiknya aku
menceritakannya. Tapi jika kau ingin tau tentang itu, kau bisa bertanya
langsung padanya”
“Ya, Aku mengerti...”
Suasana hening sejenak, sampai Seokjin memasukkan
pakaian terakhir dan menutup lemari itu. “Jja, kau bisa mengeluarkan semua
pakaianmu dan meletakkannya disini”
“Ah, iya. Terima kasih banyak. Aku merasa
benar-benar telah merepotkan kalian...”
“Ahahaha.... itu tidak masalah. Lagipula jika kau
nanti menjadi istri salah satu dari kami, bukankah kau akan semakin sering
merepotkan kami?”
Pipi Chaeryoung memerah. “Astaga! Tidak seharusnya
kau mengatakan itu” Chaeryoung menutupi mukanya dengan kedua tangannya.
“Hahaha... maaf... Kalau begitu, aku keluar dulu.
Panggil saja kami jika butuh apa-apa” Seokjin keluar dari kamar, tidak lupa
menutup pintu kamar Chaeryoung.
Dan
begitulah semuanya dimulai. Seokjin sudah mengambil selangkah lebih cepat
daripada yang lainnya. Dan yang pasti, adik-adiknya pasti akan menyusul
selangkah yang tertinggal itu. Itu artinya, pertempuran kakak baradik dalam
memperebutkan hati Chaeryoung itu sudah dimulai....
***
Semuanya sudah dimulai.
Apakah ikatan persaudaraan kami akan jatuh dengan mudah hanya karena seoang
wanita? [Jimin]
***
To Be Continued
0 komentar:
Posting Komentar